Sabtu, 05 Desember 2009

ESP USAID Bangun PLTA/Pikrohidro Untuk Masyarakat Desa Tangkil

CARINGIN - Peresmian sekaligus penyerahan dan sosialisasi pelatihan teknis pengelolaan pembangkit listrik tenaga air/Pikrohidro (PLTA) oleh Environmental Service Program (ESP) bertempat di Kampung Jogjogan RT.01/02, Desa Tangkil, Kec. Caringin-Kab. Bogor tanggal 19 November lalu disambut gembira oleh masyarakat. Lantaran sudah puluhan tahun, baru kini masyarakat bisa menikmati aliran listrik yang sangat dinanti-nantikan.
Kepala Desa tangkil, H Acep Awaludin, mengucapkan syukur dan terimakasih atas dibangunnya PLTA/Pikrohidro yang merupakan program USAID untuk program sarana hidup manusia (BHS/Basic Human Services program) bekerja sama dengan Yayasan Bina Usaha lingkungan (YBUL) serta Form Peduli Air (FORPELA) dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Pangrango(BBTNGP). "Sebab selama 64 tahun, masyarakat Tangkil baru bisa menikmati aliran listrik pada hari ini setelah PLTA diresmikankan dan diserahkan oleh ESP USAID kepada Pemerintahan Desa Tangkil. Kami banyak mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga," imbuhnya.
Menurut Acep, dengan keberadaan PLTA ini menjadi motivasi, memicu semangat terutama untuk membuat masyarakat, seperti kelompok Tani Garuda Ngupuk, Saluyu, dan KSM Cinagara Mandiri, untuk membantu petugas-petugas Balai Besar Gunung Pangrango, dalam menjaga konservasi serta merawat lebih baik lagi terutama PLTA/Pikrohidro, yang utama pemanfaatan sumber air di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Pangrango," kata Acep.
Selanjutnya ESP USAID sebagai pelaku utama bisa terlaksananya PLTA/Pikrohidro, yang diwakili Ny. Monik, menyampaikan permohonan maaf karena pimpinan ESP USAID tidak bisa datang. "Namun yang terpenting program ini berjalan dengan baik, sebab kita ingin meninggalkan jejak yang tidak terlupakan, sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua," ujarnya.
Pihak ESP USAID merasa bangga karena tanpa bergantung pada PLN untuk mewujudkan sarana penerangan listrik buat masyarakat. "Kami bisa sendiri, tanpa harus orang lain mematikan listrik, yaitu dengan tenaga air, namun implikasinya kita harus memproteksi dengan air, supaya air tetap dan listrik kita tetap menyala," katanya.
Sebenarnya, tambah Monik, target ESP untuk kapasitas PLTA adalah 10.000 watt, namun baru bisa direalisasikan 3000 watt. ESP disini hanya sebagai pemula, memberikan contoh, dan itu semua dikembalikan kepada stakeholder yang berada di sekitar Taman nasional Gunung Pangrango dan di Desa Tangkil.
"Untuk mengembangkan kapasitas PLTA ini, silahkan berkonsultasi dengan yang memiliki kapasitas, yaitu YBUL atau juga Balai Besar Gunung Pangrango, kami hanya membantu membukakan jalan saja," tambah Pimpinan YBUL, Agus Widianto, seraya mengutarakan tentang bagaimana mekenisme tentang pembangkit listrik tenaga air(PLTA/Pikrohdro) dan dalam menjaga konservasi, serta perawatan dan pemanfaatan yang baik, (Hep/Yan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar