Sabtu, 05 Desember 2009

SMPN I Tanjung Sari Diduga Memungli Siswa

TANJUNGSARI - Pendidikan Gratis yang dicanangkan oleh pemerintah, hanya omong kosong belaka. Seperti yang terjadi di SMPN I Tanjungsari, ditengarai masih banyak pungutan liar padahal sudah ada dana BOS, BOS BUKU, BSM. Ironisnya, sampai ada siswa yang ditelanjangi karena tidak mengenakan ikat pinggang dan seragam yang dijual oleh pihak sekolah.
Menurut nara sumber yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, SMPN I Tanjung Sari ini sejak lama tidak pernah gratis. warga juga bingung, katanya sekolah Gratis/wajib belajar 9 Tahun, tapi kenyataannya di sekolah ini banyak sekali pungutan, seperti iuran ATK sebesar Rp 2.500/ siswa setiap bulan, lalu siswa diwajibkan membeli ikat pinggang sebesar Rp. 10.000 dan setiap Renang di pungut Rp 12.000. Selain itu, siswa baru-baru lalu harus membayar Iuran qurban sebesar Rp. 10.000/siswa. Dan siswa setiap bulan harus membayar iuran Rp 17.500.
Dan yang lebih tragis, dua minggu yang lewat ada seorang siswa yang tidak memakai ikat pinggang dan seragam yang dijual pihak sekolah, oleh pihak sekolah ditelanjangi, sehingga pulang hanya mengenakan celana dalam dan kaos dalam. Akibat sejumlah orang tua siswa mengeluh dan merasa keberatan dengan kebijakan sepihak pengurus sekolah.
Ketika hal ini dikomfirmasi Ke SMPN I, kepala Sekolah Drs. Endin tidak ada di tempat. JURNAL METRO diterima oleh 2 orang Guru, yaitu Nia selaku Kordinator BP dan Yedi Wedyatama. Keduanya mengakui pungutan itu benar adanya. "Tapi semua itu hanya untuk mendidik agar ada keseragaman seluruh siswa. Dan Gesper itu juga benar kami menjual, karena biar seragam dan ada logo SMPN I. Tapi semua itu kita atas dasar musyawarah dengan komite juga mengacu pada Buku penghubung yang dibuat kepala sekolah yang lama," ujar Nia.
Keduanya malah balik bertanya, kenapa baru sekarang para orang tua murid mengajukan keberatan padahal sebelumnya tidak ada yang keberatan. "Untuk lebih jelasnya silahkan bapak (Wartawan) datang pada hari Sabtu, Kepsek, Komite, juga Wakepseknya nanti ada karena ada acara pemotongan qurban," tandasnya. Namun saat pemotongan Qurban pada Sabtu (28/11) lalu, ternyata Kepala sekolah tidak datang sehingga JURNAL METRO gagal mengkonfirmasinya. (Di'as/JU)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar