Sabtu, 05 Desember 2009

Pasar Hewan Ditengah Kota Jonggol Dikeluhkan

JONGGOL - Perkembangan wilayah di Kecamatan Jonggol berpengaruh kepada berkembangnya penduduk, semakin maju satu wilayah akan semakin bertambah penduduk di wilayah tersebut. Seperti di Jonggol, khususnya desa Jonggol, yang merupakan pusat kota dan pusat kegiatan ekonomi di Jonggol, masyarakat sekitar pasar hewan Jonggol mengeluhkan keberadaan pasar hewan yang berada di tengah-tengah kota Jonggol yang padat pemukiman.
Keluhan masyarakat berupa bau busuk dari kotoran hewan. Hewan yang diperjual belikan di pasar tersebut karena pasar hewan tersebut sejatinya tidak layak secara tata ruang wilayah pasar yang kumuh dan berbau busuk itu akan mengganggu kesehatan masyarakat pasar yang sejak berdiri tahun 1960 ini sudah dikenal oleh para pedagang lokal maupun pedagang dari luar bahkan sampai daerah luar Jawa.
Namun sangat disayangkan keberadaan pasar hewan ini tidak tertata masyarakat mnegaharapkan adannya relokasi bagi pasar hewan di Jonggol. Saat dikonfirmasi pihak pemerintah Kecamatan Jonggol kaitan dengan ijin lingkungannya, pihak Kecamatan Jonggol melalui Kasi Trantib sudah memanggil pengelola mempertanyakan tentang ijin-ijin kepada pengelola.
Menurut pengelola Koperasi Mekar yang berpusat di Cibubur, Gunawan, setelah dipanggil oleh pihak Kecamatan pihaknya belum bisa memberi jawaban karena tidak punya kewenangan karena dirinya diperintah oleh atasan hanya untuk mengelola. Dijelaskannya, dalam satu hari keberadaan pasar tersebut terjadi transaksi ±500 ekor sapi perminggu.
Karena pasar hanya ramai setiap hari Kamis, para pedagang dikenakan sewa Rp 8.000 /1 ekor sebagai sewa tempat masuk pasar untuk parkir kendaraan hewan Rp 1.000 dan perekor Rp. 1.000. Untuk APBD, dikutip oleh Hansip Desa Jonggol, dan hal ini sudah berjalan dari tahun ke tahun. Yang menjadi pertanyaan, walaupun bersifat pribadi lahan pasar tersebut bagaimana dengan restribusinya ke Pemerintah Daerah?. (di’as)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar