Sabtu, 05 Desember 2009

Mengapa Bank Century Begitu Istimewa?

JAKARTA - Polemik kasus Bank Century memunculkan tanda tanya besar di publik, mengapa bank ini begitu istimewa. Pengamat ekonomi Yanuar Rizki menilai pemerintah mengistimewakan bank yang sebenarnya tidak bernilai istimewa.
"Sesistemik apa pun risikonya, Century tidak layak dibantu. Rumusan bailout, risiko sistemik dikalikan dengan aktiva produktif. Kalau risiko besar tapi aktiva produktif nol ya hasilnya nol," kata Yanuar saat diskusi Trijaya, Tibalah Century Pada Hak Angket, di Jakarta, Sabtu (14/11) lalu.
Sekadar catatan, CAR Bank Century per 31 Oktober 2008 telah berada pada angka negatif. Yanuar mempertanyakan apakah Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) tidak mempertimbangkan rasio ini. Padahal, dia menambahkan, telah umum diketahui di dunia perbankan, jika dalam beberapa hari, CAR bank turun drastis maka bisa dikatakan nilai aktiva produktifnya rendah.
Menurut dia, kegagalan Century tak jauh beda dengan Bank Global pada medio 2005. Terjadi anomali kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan IHSG. Saat itu pula, reksadana tumbuh dengan cepat. "Bank Global sama kasusnya dengan Century, ada persoalan reksadana dan masalah dana antar bank yang cukup besar. Namun, bedanya Bank Global langsung ditutup dan tidak dibawa ke KKSK," kata dia.
Yanuar memaklumi, Bank Indonesia dengan tiba-tiba mengubah ketentuan CAR agar Century mendapatkan fasilitas penjaminan jangka pendek. Padahal, dia menambahkan, di Amerika Serikat, Lehman Brothers tidak dibailout karena masalah aktiva produktif. Sementara, AIG dan Merlyn Linchs mendapat bailout karena masih ada underline asset.
Selain Yanuar, banyak pihak mulai menyuarakan keheranan mereka, mulai dari para inisiator Hak angket DPR, akademisi, aktivis, sampai kalangan masyarakat sipil. Eva Kusuma Sundari, salah satu inisiator angket dari Fraksi PDIP, mencium kejanggalan pada kebijakan internal Bank Indonesia terhadap Bank Century.
"Kok ada peraturan internal BI yang memperbolehkan dilakukannya injeksi ke bank kecil semacam Century? Ini perlu ditelusuri," ujar Eva di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, 13 Oktober kemarin. Eva juga mempertanyakan, kenapa Bank Century yang tergolong bank kecil, dapat memperoleh investor besar dalam waktu singkat.
Secara terpisah, pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens mengatakan, di negara-negara yang sedang melakukan konsolidasi demokrasi, bank-bank kecil sering dijadikan alat untuk mencari dana bagi kepentingan politik. "Ini karena negara-negara yang berada dalam proses konsolidasi demokrasi, tidak dapat serta-merta bebas dari korupsi," kata Boni. Ia menjelaskan, proses politik di negara-negara tersebut masih bertumpu pada uang sehingga yang dipikirkan adalah bagaimana cara mencari uang. Oleh karena itu, modus yang biasa digunakan pun lebih sistemik.
Boni menduga, Bank Century pun merupakan bagian dari modus sistemik tersebut. "Itu keyakinan saya dari aspek logika politik, bukan keyakinan hukum," ujar Boni. Boni merasa, kasus bank kecil yang dijadikan alat pengeruk dana politik, juga terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, untuk menghindari kasus serupa di kemudian hari, ia meminta agar pengawasan terhadap bank-bank kecil diperketat.
"Perketat pengawasan terhadap bank kecil," desaknya. Boni yakin, Robert Tantular sebagai pemilik Bank Century awalnya mendapat jaminan perlindungan dari tokoh berkuasa.
"Berdasarkan logika, tidak mungkin Robert Tantular bersedia melakukan hal yang luar biasa beresiko jika dia tak merasa aman," ujar Boni. Masalahnya, siapakah yang bisa memberikan rasa aman bagi Robert? "Pastinya orang yang menguasai sistem struktural di balik ini. The man on the power--dialah pelindung Robert," tandas Boni tanpa menguraikan lebih jauh.
Bila hal itu benar, kata Boni, maka mafia sungguh-sungguh eksis di negeri ini. Lantas, bagaimana cara untuk memberantas kejahatan sistemik semacam ini? Boni mengaku tak tahu pasti. "Kepala mafia biasanya adalah yang terakhir tertangkap. Tapi kalau ia tak tertangkap dan menang, maka sistem mafioso ini akan terus berlanjut dan berevolusi untuk menemukan bentuk baru sesuai perkembangan zaman," tutur Boni. (Cok/Vin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar